LAMPUNG UTARA–Peringati Jumat Agung, umat katolik menghadiri ibadah di Gereja Katolik Kabar Gembira, Kotabumi, Jumat ( 18/4 ). Ibadah dipimpin oleh Thomas Sugito dan Vincen Sarwanto.
Perayaan ibadah, dimulai pada pukul 15.00 Wib bertepatan dengan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Jum’at Agung adalah merupakan inti dari Paskah itu sendiri. Sebab, tanpa adanya penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib, tidak akan pernah ada peristiwa kebangkitan yang penuh kemenangan di Hari Paskah, yang puncaknya akan dirayakan oleh seluruh umat katolik di dunia pada Sabtu ( 19/4 ) sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus dari kematian-Nya.
Dalam prosesi ibadah Jum’at Agung, umat diajak untuk merenungkan kembali peristiwa kesengsaraan Yesus Kristus akibat dosa manusia melalui passio yang dibawakan oleh petugas gereja.
Passio adalah kisah sengsara Yesus Kristus yang dibacakan atau dinyanyikan dalam ibadah Jumat Agung gereja katolik. Passio itu sendiri berasal dari bahasa Latin ‘patior’ yang artinya adalah sengsara.
Setelah mendengarkan passio yang diambil dari Injil Yohanes, umat kemudian diajak untuk memberikan penghormatan kepada salib Yesus Kristus.
Ibadah Jumat Agung kemudian diakhiri dengan penerimaan komuni suci yang merupakan lambang tubuh dan dan darah Yesus, yang rela menderita, sengsara dan wafat di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia yang percaya kepada-Nya.
Bagi umat katolik, memperingati Jumat Agung adalah merupakan momen penting untuk merenungkan pengorbanan Yesus. Peristiwa kesengsaraan dan penderitaan Yesus Kristus, hingga wafatnya di Kayu Salib sudah dinubuatkan dalam Mazmur 69 – 21.
“Mereka memberi Aku anggur asam, ketika Aku haus ” dan hal ini pun kemudian digenapi oleh Yesus sendiri. Dan sebelum menyerahkan nyawa-Nya, Yesus berkata ” sudah selesai ” dalam perkataan-Nya ini, Yesus menyatakan bahwa tugas-Nya sudah tuntas, dan penebusan itu sudah digenapi-Nya.
Dan, ketika tirai Bait Allah terbelah dua, itu tanda bahwa penghalang antara kita dengan Allah sudah dirobohkan. Dan pada Jumat Agung ini, umat katolik tidak hanya mengenang kematian-Nya. Tetapi, dengan salib-Nya kita diselamatkan. (* )