LAMPUNG UTARA–Sejumlah pedagang Pasar Dekon, Kotabumi,Lapung Utara mendukung program Bupati dan Wakil Bupati Dr. Ir. H. Hamartoni Ahadis, M.Si dan Romli, S.Kom., S.H., M.H untuk membangun pasar Dekon, sebagai icon Kotabumi sebagai Ibukota Kabupaten Lampung Utara.
Namun, dalam pertemuan yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kamis ( 17 /7 ) para pedagang mengaku keberatan dengan harga jual toko dan hamparan yang ditawarkan oleh pihak pengembang yang nilainya mulai dari Rp 45 juta harga terendah untuk hamparan, dan Rp 135 juta hingga sampai Rp 200 juta lebih untuk toko.
“Apalagi, kami diwajibkan untuk setor 30 % dan sisanya diangsur setiap bulan. Terus terang, kami sebagai pedagang keberatan,” ujar Sisi, salah seorang pedagang.
Salah seorang pedagang yang lain juga meminta kepada Kadis Perdagangan untuk memenuhi tuntutan mereka, sebelum revitalisasi Pasar Dekon ini dilakukan.
“Pertemuan hari ini yang intinya pihak pengembang menawarkan harga jual toko dan hamparan, sudah melangkah terlalu jauh. Sementara, pihak pemerintah daerah belum memenuhi tuntutan kami,” ujarnya lagi.
Menanggapi hal tersebut, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Hendri, S.H., M.H akan menyampaikannya kepada pimpinan untuk membahas kembali harga jual toko dan hamparan kepada para pedagang.
“Yakin saja, bahwa Bupati tidak akan memberatkan para pedagang,” ujarnya meyakinkan para pedagang yang mulai resah, setelah pihak pengembang menampilkan tawaran harga jual toko dan hamparan melalui layar proyektor.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Ganefo, Syahrul Agoes juga mengaku heran dengan kebijakan yang dilakukan oleh pihak pengembang dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
“Saat pertemuan dengan komisi II, dengan tegas dan jelas pihak pengembang mengatakan, bahwa mereka belum menetapkan nilai jual toko dan hamparan. Tapi, hari ini ( Kamis 17/7 ) kok tiba-tiba pihak pengembang dan Dinas Perdagangan menawarkan harga jual toko dan hamparan. Ini ada apa ? ” ujar Syahrul Agoes.
Dengan nada kesal, Syahrul Agoes juga mengatakan, pihak pengembang seperti berjualan kucing dalam karung.
“Hanya bermodalkan tampilan visual melalui layar monitor, pihak pengembang sudah menawarkan toko dan hamparan. Padahal, mulai dibangun saja belum. Seharusnya, pihak pengembang membagikan pamflet atau dalam bentuk lain deskripsi toko dan hamparan secara detail kepada para pedagang sebagai calon pembeli,” ujar Syahrul Agoes.
Masih menurut Syahrul Agoes, pihak pengembang juga terlalu dini untuk menawarkan harga toko dan hamparan kepada para pedagang, yang nota bene para pedagang masih dirisaukan dengan relokasi yang akan dilakukan oleh pihak pengembang dan Dinas Perdagangan.
“Selama masa relokasi ini, kan praktis para pedagang tidak bisa berjualan. Dan selama itu pula para pedagang tidak mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari,” ujar Syahrul Agoes.
Hingga pertemuan berakhir, para pedagang Pasar Dekon tetap berkeberatan dengan harga jual toko dan hamparan yang ditawarkan olehg pihak pengembang. ( bersambung )